google.com
Enak ngga sih jadi seorang Penulis??
kalimat itu sering ditanyakan beberapa orang teman kepada saya, entah hanya
karena benar-benar ingin tahu, atau hanya sekedar basa basi saja alias kepo!!!
Jawabannya
akan bervariasi, ada enak dan ada juga tidak enaknya.
Enaknya seperti apa??
Untuk
saya pribadi menulis itu semacam terapi, semua kekesalan yang ada dalam diri
ini bisa terlepas di saat saya merangkai kata menuliskan kegundahan hati, semua
beban di dalam diri akan hilang, hati menjadi lega, semua uneq-uneq itu saya
muntahkan dalam sebuah tulisan.
Banyak
orang menghabiskan waktu di café, berkumpul dengan teman-teman, nonton bioskop,
berkaraoke dan masih banyak pelarian untuk menghalau stress, namun ada cara
lain untuk menghilangkan stress, yaitu dengan menulis, karena menulis bisa kita
lakukan dimana saja, tanpa berinteraksi dengan orang lainpun, tak perlu berbasa
basi, semua bisa kita lakukan di rumah. Tinggal kita membuka laptop, hape
maupun secarik kertas, semua bisa kita tuliskan, percayalah stress akan hilang
seketika.
Dengan
menulis kita bisa berbagi inspirasi dengan orang lain, tentu saja dengan
banyaknya yang membaca tulisan kita, kebahagiaan yang kita dapatkan tak
terbayar dengan apapun, bangga terhadap diri sendiri.
Untuk
saya pribadi, menulis adalah hobby semata, saya tidak mencari nafkah dengan
tulisan, apalagi saya penulis amatiran, buah karya saya yang telah di terbitkan
hanya mampu untuk membeli semangkuk bakso, tapi Alhamdulillah, saya sudah
senang bisa berbagi karya kepada orang lain, apalagi mereka menyukai tulisan
saya., sekali lagi saya hanya mengucap syukur Alhamdulillah.
Berbeda
dengan Penulis kondang yang sudah punya nama, tulisan apapun yang mereka tulis
akan menambah pundi-pundi tabungannya.
Penulis
yang sudah punya nama besar, tentu saja tulisan mereka selalu dilirik oleh
Penerbit Mayor, mereka akan mendapatkan honor dan royalty yang lumayan untuk semua karyanya, apalagi ketika bukunya
termasuk kataogeri “Best Seller”,
laku dipasaran sehingga harus cetak berulang kali, sedangkan saya tidak. Saya
hanya mengelus dada ketika ada teman yang meminta gratis buku saya, walaupun
tidak semua teman begitu lohh!! tapi ada saja, bukannya pelit tapi saya ingin teman-teman
menghargai sebuah karya. Karena menulis itu membutuhkan pikiran dan tenaga. apalagi
ketika ada beberapa teman yang ingin kisah hidupnya di tulis, dengan senang
hati saya mencoba meluluskan permintaan mereka.
Tapi…tunggu dulu…!!!!
Saya
harus mengenal sosok yang akan saya tulis, harus ada pendekatan terlebih dahulu
agar tulisan yang dibuat bisa mewakili hatinya.
Inspirasi
itu kadang datang seketika, tapi tak dipungkiri sering tak jua hadir, sehingga laptop
yang sudah saya buka sedari pagi, hingga malam hari, ide tulisan itu tak
kunjung muncul, sayapun rela menutup laptop tanpa menulis sepatah katapun.
Ada kah tidak enaknya sebagai
penulis??
Selain sedikit ulasan saya di atas??
banyak juga masalah yang saya hadapi, ada saja yang membuat hati saya berang, misalnya
pada judul diatas yang saya tulis.
Jangan
dekat-dekat dengan Penulis, nanti kamu akan…??
Akan
apa?? akan menjadi bahan tulisan, mungkin hanya sedikit benarnya, tidak seratus
persen loh!! banyak cerita yang saya tulis mereka sendiri yang meminta, saya
tidak pernah memaksa, semua yang ada disekitar kita bisa menjadi sumber
insprasi saya.
Saya
masih mempunyai etika untuk tidak menyebut jati diri orang yang saya tulis.
Mereka menyiapkan waktu untuk mencurahkan isi hatinya kepada saya, apakah salah??
Mengapa
mereka takut dekat dengan saya?? apakah saya virus yang bisa menularkan
penyakit?? Apa pernah saya kepo ingin
tahu masalah mereka?? Saya hanya menunggu…kecuali tulisan yang saya buat
terinspirasi dari lingkungan sekitar, tanpa curhat saja saya bisa menulis apa yang
ada dalam pikiran saya, jadi jangan alergi dekat-dekat dengan Penulis.
Saya
banyak menerima curhatan dari seseorang, bahkan ada teman yang sudah mempercayai saya untuk menuliskan
kisahnya, dia bahagia sekali saat
tulisan yang saya buat itu rampung dan sempat dia membacanya, kini dia telah
tiada, tapi saya bersyukur bisa meluluskan permintaannya untuk terakhir
kalinya, bahkan saat sakitpun dia lebih percaya cerita dengan saya.
Masih
banyak lagi kisah yang belum sempat saya tulis, semua menarik untuk saya
angkat. Seperti teman saya yang masih terbayang kisah cinta semasa SMA, hingga
isterinya terdeteksi kanker, ada juga
seseorang yang telat menikah karena mengurus adik-adiknya, ataupun tentang
perselingkuhan yang tak pernah usai, bahkan kisah cinta dengan jin yang
mengerikan bahkan menjijikan. Saya belum sempat menuliskan semuanya.
Contoh
tulisan saya tentang sebuah kisah cinta yang telah lama terjadi, judulnya “De
Javu”, puluhan tahun cerita itu sudah terkubur, saya coba menuliskan kembali
kisah tersebut, karena di minta oleh salah satu teman saya. Tokoh perempuan menjadi
saya, walau saya tidak pernah mengalami hal tersebut, tapi saya mencoba
menggambarkan seolah-olah sayalah tokoh aslinya., saya harus meresapi setiap
kejadian, apakah orang yang membacanya percaya itu bukan saya?? banyak yang
bilang yakin dan percaya itu cerita tentang saya, karena setiap tulisan yang
saya buat, terutama kisah cinta, selalu di identikan bahwa tulisan itu
merupakan curhatan Penulisnya, padahal salah besar, saya tidak peduli apapun jalan
pikiran orang yang membaca tulisan saya,
sah-sah saja mereka menilainya seperti itu, yang penting saya sudah mencoba
menguraikan sebuah cerita agar tulisan saya menjadi sumber inspirasi bagi
pembacanya.
Dalam
tulisan tersebut pihak perempuan menungkapkan isi hatinya, ia menunjukkan apa
keinginannya saat itu, tapi si laki-laki tidak menyadarai, hingga saat ini
mereka bertemu kembali dalam suasana berbeda, mereka sudah tidak muda lagi?? si
pria baru menyadari keinginan wanitanya setelah membaca tulisan saya. Bisa saja
tulisan itu menumbuhkan kembali benih cinta yang dulu pernah hilang, kini si
pria masih tetap menjomblo dan betah dengan kesendiriannya sedangkan wanitanya
juga hidup sendiri dengan tiga orang buah hatinya. Akankah mereka merajut lagi
benang kasih yang telah putus?? Entahlah…hanya mereka yang tahu.
Hai Pembaca yang budiman…
Saya
tidak suka dibilang kepo, bagaimana
mereka menuduh saya seperti itu jika mereka sendiri yang menginginkan ceritanya
saya tulis?? Sebagai Penulis tentu saja saya banyak bertanya tentang cerita
sesungguhnya, tanpa harus di tutupi? Agar cerita itu menjadi real dan sampai kepada pembacanya?? Ambillah
dari sisi positifnya dari tulisan saya, sebagai bahan renungan, jika masa lalu
ada kesalahan mungkin saja saat ini bisa kalian perbaiki.
Untuk
sahabatku disana……
Mungkin kamu protes dengan tulisan
yang saya buat, tapi itu nyata….
Kamu
bilang……
“Arrghhh!! Saya ngga gitu-gitu
amat!!
“Emang si perempu ngomong gitu sama
kamu??
“Ngga mungkinlah gue gitu!!
Masih
banyak lagi protes-protes lain yang saya terima.
Sebagai
Penulis, saya tidak bisa berpihak, karena sumber cerita dari perempuan, tentu
saja saya angkat dari salah satu sisi saja, jika kamu tak terima bukan salah
saya, karena saya sudah pernah memintamu untuk bercerita, tapi kamu hanya ingin
tahu dari sisi wanitanya saja. Jadi saya ngga salah dong?? Yang penting saya
sudah meminta ijin kan???
Buat teman-teman yang ingin kisahnya
ditulis dan diterbitkan, mohon maaf jika saya belum sempat meluluskan
permintaan kalian, karena keterbatasan waktu saya, selain mengejar target untuk
project menulis, tentu saja saya
punya kegiatan lain yang tidak bisa saya tinggalkan, tapi tunggu saja cerpen
saya selanjutnya ya?? apakah bercerita tentang kalian?? Atau orang-orang
disekitar saya..
Saya hanya menitipkan pesan, jangan
takut dekat-dekat dengan Penulis, Penulis itu kepanjangan tangan kalian, yang
bisa memberikan informasi dan inspirasi untuk teman-teman para pembaca,
ambillah sisi baiknya untuk dijadikan renungan.
Salam
Literasi..!!!
08052019
****
Comments
Post a Comment