“Pelajaran Hidup dari Kakek Pemulung”
(KaPeKaAUP berbagi Nasi Bungkus Jilid 2)
“Berbagi bukan tentang
seberapa besar dan seberapa berharganya hal yang kau beri, namun seberapa tulus
dan ikhlasnya apa yang ingin kau beri….,
“Dalam hidup ini berbagi kepada
sesama memberi jiwa rasa damai. Berbagi dengan tulus tanpa pamrih memberikan
perasaan bahagia”
*************************************************
Menyusuri
jalan di ibu kota Jakarta yang sangat terik Jumat siang, 02 Maret 2018. Mema selaku
Ketua Komunitas KaPeKa AUP, sebuah
komunitas Penggiat Penikmat Kuliner Alumni Universitas Pancasila bersama Saya dan Acha dipercaya oleh teman-teman yang tergabung dalam komunitas
KaPeKa AUP untuk membagikan 35 nasi bungkus untuk kaum dhuafa disekitaran
jalan-jalan di Jakarta.
Komunitas
KaPeka AUP ini baru saja di resmikan oleh Larry
Mucharam, Pada tanggal 18 Februari
2018 di Eleven trees Café di Cilandak Jakarta. Larry merupakan senior kami
dari Fakultas Teknik, sekaligus sebagai ketua seluruh komunitas di bawah
naungan Alumni Universitas Pancasila, dan dewan penasehat komunitas KaPeKa.
Salah
satu program dalam komunitas ini adalah YUK BAGI-BAGI….
Pada
saat peresmian Komunitas ini, beberapa anggota yang datang telah menyisihkan
sebagian rezekinya.
Disepakati
bersama uang yang terkumpul akan di wujudkan menjadi nasi bungkus, yang akan
diberikan kepada kaum dhuafa 2 minggu sekali.
Pembagian
nasi bungkus kali ini merupakan pembagian jilid 2. Pembagian nasi bungkus
perdana sudah dilaksanakan pada Jumat 23 Febuari 2018.
Saya, Acha dan Mema memulai berpetualangan di jalan raya
menyusuri ibu kota Jakarta, pada pukul 12.00 WIB. Mema yang agak sedikit sakit kepala karena
terlalu lelah memaksakan diri untuk menyetir mobilnya. Saya dan Acha mengamati Jalanan sekitar, untuk mencari kaum dhuafa yang berhak menerima amanah ini.
Siap mendistribusikan nasi bungkus |
Target
pertama, kami menemukan seorang bapak tua yang sedang duduk termenung di
pinggir jalan sekitar sekolah Don Bosco Jakarta selatan. Tatapan matanya yang kosong, disampingnya terlihat sebuah karung yang berisi barang-barang bekas. Saya
menduga bapak ini adalah seorang pemulung..
Nasi bungkus pertama dibagikan |
Saya dan Acha turun dari mobil dengan membawa nasi bungkus. Wajah si bapak cukup tegang melihat kedatangan kami…
“Assalamualaikum
pak…., bapak sudah makan?? Tanya kami.
“Belum..”jawabnya..
Si
bapak tua tampak kebingungan, masih terlihat raut wajah tegangnya, padahal kami
sudah memberikan senyuman kepadanya, kami
langsung menyodorkan nasi bungkus untuknya. Dan mengatakan kepadanya,
bahwa nasi bungkus ini pemberian dari komunitas kami. Si bapak tua itu mengucapkan
terima kasih ..
Kami
berlalu meninggalkan si bapak tua itu dengan perasaan lega. Sekaligus bahagia…
Perjalanan
kami lanjutkan kembali..
Mema
mengusulkan untuk menelusuri ketempat pembuangan sampah di daerah Ragunan,
dekat Rumah Sakit Hewan.
Ia sangat hapal jalanan menuju lokasi disana karena ia sering mendatangi
RS Hewan untuk keperluan membawa kucing kesayangannya ketika sakit.
Sesampainya
dilokasi, tercium bau sampah yang sangat menyengat, kami melihat ada beberapa
bapak yang sedang duduk untuk istirahat, segera kami mendatangi mereka dan
memberinya nasi bungkus.
Nasi bungkus untuk bapak petugas sampah |
Tak jauh dari si bapak terlihat seorang ibu yang
tersenyum kepada saya, ia melihat saya masih membawa 1 nasi bungkus, kami
menebak si ibu adalah isteri dari si bapak yang tadi memungut sampah.
Saya
dekati si ibu dan bertanya..” Ibu sudah makan?? ia pun menggeleng…”ini ada nasi
bungkus untuk ibu…” saya melihat raut wajahnya sangat gembira mendapatkan nasi
bungkus dari tangan saya…, tak lupa ia mengucapkan terima kasih kepada kami..
Jalan-jalan
sempit yang kami lalui menambah kegalauan ibu ketua kita ini, sehingga membuatnya
kesulitan untuk memacu kendaraannya, rasa kantuk ,pusing karena lapar, ditambah
udara yang cukup panas, jalan tikus yang
kami lalui sangat sulit untuk dijangkau karena sangat kecil membuat Mema menyerah.
Akhirnya ia meminta Acha untuk menggantikannya menyetir kendaraan, agar ia bisa
istirahat sejenak dan menghilangkan pusing kepalanya yang semakin menjadi.
Alasan kami untuk menyelusuri jalan-jalan kecil, karena di depan gang pintu masuk kearah tempat
pembuangan sampah yang kami lalui tadi, kami melihat sebuah plang Panti Asuhan Ar Rahman.
Bu ketua kita
ini ingin sekalian mensurvey tempat untuk program Kapeka ke panti asuhan yang
rencananya akan berlangsung tanggal 10 Maret mendatang.
Kami
bertanya kepada orang-orang yang ada disekitar lokasi, dimana posisi panti
asuhan itu berada. mereka menujukkan arah jalan kepada kami, Panti asuhan
tersebut ternyata berada di area Mesjid.
Sayangnya
kami tidak bisa masuk kedalam karena
banyak jam’ah yang masih melaksanakan shalat Jumat. Akhirnya kami urungkan niat
untuk mencari informasi tentang panti asuhan tersebut.
Kami
meneruskan perjalanan untuk mencari tempat makan siang, perut yang sedari tadi
tidak mau diajak kompromi sudah memanggil-manggil untuk segera diisi…. Namun
sepanjang perjalanan kami tetap mengamati sekitar, siapa tahu ada pemulung,
tukang penyapu jalan, atau kaum dhuafa lainnya kami temui.
Benar
saja. Sebelum sampai ke lokasi tempat kami makan siang, kami bertemu dengan
pemulung dan pedagang asongan.
Amanah ini kami berikan kepada mereka..Alhamdulillah..terlihat
wajah bahagia mereka.
Matahari
yang semakin terik tak membuat kami patah semangat untuk terus melanjutkan
perjalanan.
Kami
sempat tersesat di jalan tikus, jalan kecil yang sangat sempit. Gang senggol…,
hampir berbelok kearah pemakaman yang sangat sepi, kami berniat untuk mencari
kaum dhuafa di area pemakaman, tapi niat
itu kami urungkan, karena khawatir kami semakin tersesat lagi, akhirnya kami
putuskan untuk mencari jalan keluar menuju jalan raya saja.
Sepanjang
perjalanan di dalam mobil kami bernostalgia..walaupun saya paling senior
diantara kami bertiga, saya hanya manggut-manggut mendengarkan cerita mereka, senda gurau, ketawa ketiwi, mengingat masa lalu semasa dibangku kuliah membuat
serunya perjalanan menuju rumah makan untuk mengisi perut. Kami agak terhibur
sejenak, melupakan laparnya perut dan keringnya kerongkongan......hahahaa…
Akhirnya
kami sampai disebuah restoran Sate Tegal
bu Tri..(kalo ngga salah nama restonya, karena perut lapar, ngga baca lagi
nama restonya, tapi yang penting makan kan??? Hehe..) entah berada di daerah
mana resto ini, pokoknya sepanjang jalan Ragunan, Departemen Pertanian dan
sekitarnya.
Mengisi perut yang kelaparan |
Berkah hari ini, nasi goreng, sate ayam, es jeruk dll sudah mendarat diperut kami yang kosong..makasih um Acha yang sudah mentraktir kami makan siang. Alhamdulillah kenyang……
Tenaga
sudah di "charge" kembali, mata sudah "on" lagi, kami tahu bahwa perjalanan masih panjang, nasi bungkus yang
harus di serahkan kepada kaum dhuafa masih ada sekitar 15an bungkus lagi. Tugas
kami belum rampung…semangat untuk melanjutkan perjuangan menembus jalan ibu
kota kembali memicu semangat kami bertiga untuk melepaskan lelah bersenda gurau
sambil menikmati alunan lagu nostalgia…dan berhasil menghalau kantuk akibat
makan kekenyangan…hhahaa..
Tak
di duga, pandangan kami tertuju pada seorang kakek pemulung, berjalan
sendirian, kami berhenti sejenak dan menyapanya….
“Assalamualaikum kek….ini
kami membawa nasi bungkus untuk kakek…, mau 2 bungkus ya kek?
“kakek punya keluarga kan? Mau
2 ya kek?”
“ Tidak,..satu saja..!” jawabnya dengan raut wajah lelah
Kami
agak memaksa agar ia mau menerima 2 bungkus nasi, pemberian kami.., tapi si
kakek tetap menolak….
“Satu saja……”jawabnya
Kami
sangat terenyuh melihat si kakek, kami perkirakan usia si kakek sekitar 80
tahunan.Tapi dia masih semangat untuk bekerja, ia lebih baik menjadi pemulung dari pada menjadi pengemis, ia pantang untuk meminta-minta. Sekuat tenaga ia bekerja untuk kelangsungan hidupnya.
Satu
hal yang dapat kami petik dan menjadi pelajaran untuk kami, bahwa si kakek
merupakan orang yang tidak serakah, dia hanya mau diberikan 1 nasi bungkus saja…dia
hanya mau menerima sesuai dengan kebutuhannya saja..
Kisah
si kakek pemulung ini merupakan sebuah kisah yang Allah hadirkan dalam hidup
kita. Bahwa tidak semua mahluk ciptaannya memperoleh kehidupan yang indah. Namun
percayalah bahwa akan selalu ada hikmah dibalik setiap kejadian yang terjadi
dalam hidup kita.
Allah
maha tahu segalanya, Dia tahu apa yang menjadikan hidup kita lebih berarti,
maka saat kejadian tidak baik yang disebut sebagai sebuah ujian dariNYA datang menerpa, tetaplah bersabar dan
tawwakal, karena dibalik setiap ujian yang telah digariskan olehNYA untuk kita
pasti tersimpan hikmah yang luar biasa..
Wajah
si kakek sampai saat ini masih terbayang olehku, gurat wajah yang sudah keriput,
suara paraunya masih ku ingat.
Sengatan
matahari yang cukup ganas hari ini seperti gambaran nyata dalam hidupnya, warna
warni kehidupan yang keras di ibu kota ia jalani dengan tabah.
Mengapa
kita masih sering mengeluh atas nikmat yang telah Allah berikan kepada kita?? saya
malu dengan si kakek yang sudah sangat sepuh ini, wajahnya yang ikhlas
menunjukkan bahwa ia menerima dengan tulus atas segala cobaan dalam hidupnya.
Saya
menyadari bahwa yang digariskan kepada
kita, yang baik maupun yang buruk, semua itu adalah terbaik yang Allah berikan
kepada kita.
“Allah
tahu segala sesuatu yang terbaik untuk kehidupan kita, maka terkadang Dia
menguatkan kita dengan ujianNYA, dan tugas kita adalah bersabar dengan hati
yang ikhlas, karena dibalik ujian yang memang telah Allah gariskan kepada kita,
tersimpan hikmah yang sangat menakjubkan.
Si
kakek yang saya temui ini mampu bersyukur atas rezeki yang ia terima hari ini dari
kami, ia merasa hanya mau menerima yang memang menjadi haknya..
Masya Allah..luar biasa pelajaran hidup yang kami terima hari ini dari si kakek .Kami sangat tersentuh dan mendoakannya semoga si kakek diberi kesehatan,
dipanjangkan umurnya, dibukakan pintu rizki untuknya agar ia mendapatkan
kehidupan yang layak di dunia ini. Aamiin YRA.
Sudah
seharusnya kami bersyukur dalam hidup ini, karena masih diberi rizki lebih untuk
menolong sesama, tapi kita sering lupa, saat mendapat cobaan, kita tak kuasa untuk
ikhlas,sering mengeluh dan tidak sabar, melupakan nikmat yang lain yang Allah
telah berikan selama ini.
Beruntunglah
kami di pertemukan dengan si kakek, orang yang sabar atas segala cobaan yang ia
terima dalam hidupnya..ia adalah orang yang selalu bersyukur atas semua nikmat
yang Allah berikan kepadanya.
Terima kasih Kek!! kisah hidupmu
menjadikan pelajaran sangat berharga kepada kami, semoga kami bisa memetik semua
hikmah atas kejadian ini. dan mendoakan mu selalu…
Firman Allah SWT :
“Ingatlah kamu kepadaKU,
niscaya Aku akan ingat kepadamu. Dan Bersyukurlah kepadaKU dan janganlah kamu
kufur (ingkar) kepadaKU”(QS.Al Baqarah : 152)
Hari
semakin sore, kami melanjutkan perjalanan pada titik terakhir perburuan kami.
Melintasi
jalan Margasatwa raya, kami menemukan beberapa petugas sampah yang sedang
berada diatas mobil sedang memasukkan sampah-sampah ke dalam mobil.
Jempol bapak petugas sampah untuk KaPeKa |
Mobil
kami menepi sejenak kami menyapa mereka..
“Assalamualaikum pak?? Udah pada
makan siang pak ?
“Kami membawa nasi bungkus
dari komunitas kapeka untuk bapak”
“Ada berapa orang petugas
disini, pak??”
“ Ada 7 orang termasuk
supirnya…” Jawabnya
Setelah
kami membagikan 7 nasi bungkus kepada bapak-bapak petugas sampah, kalimat
rasa syukur dari mulut mereka yang sempat terdengar oleh kami sebelum mobil
kami melaju…
“Alhamdulillah kita mendapat
rezeki nih…..!!!”
Bahagia
mereka adalah bahagianya kami juga, karena apabila mereka memperoleh nikmat
dari seseorang . lisannya tetap memuji Allah, sebab ia yakin dan sadar bahwa
orang tersebut hanyalah perantara yang Allah kehendaki untuk menyampaikan
nikmat itu kepadanya..
Perjalanan
untuk membagikan 35 nasi bungkus di Jumat barokah dari teman-teman donatur KaPeKa
AUP telah kami laksanakan hingga sore hari.
Nasi
bungkus dari teman-teman Insya Allah telah kami sampaikan kepada orang yang
tepat, seperti Pemulung, petugas sampah, penyapu jalan, pedagang asongan
keliling, dll
Bapak pemulung menerima nasi bungkus kapeka |
Petugas kebersihan jalan |
Terima kasih teman-teman yang telah memberikan sedekahnya, semoga Allah membalas amal jariyah teman-teman semua dengan balasan yang setimpal dan senantiasa mendapatkan perlindungan dari Allah SWT. Aamiin YRA.
Kami
berharap kegiatan ini diadakan secara rutin, sehingga dapat menularkan kebaikan untuk
orang lain dan tergerak berkeinginan untuk bersedekah.
Mohon
maaf jika dalam tulisan ini ada kata-kata yang tidak berkenan, saya hanya ingin
berbagi cerita kepada teman-teman semua.
Semoga
tulisan ini bisa bermanfaat bagi yang membacanya.
Sampai jumpa dicerita saya selanjutnya..
“Puncak kebahagiaan tertinggi adalah ketika kita
bisa berbagi kebahagian dengan orang-orang di sekitar kita”
“Hari ini waktunya
Beramal Tanpa Perhitungan.
Sedangkan
di Akhirat nanti
waktunya Perhitungan dan tak ada lagi Amal Perbuatan”
(Ali bin Abi
Thalib)
Cinere, 05 Maret 2018
Comments
Post a Comment